A. Pengertian Sastra Anak
Sastra anak-anak
merupakan karya yang dari segi bahasa memiliki nilai estetis dan dari segi isi
mengandung nilai-nilai yang dapat memperkaya pengalaman rohani bagi kalangan
anak-anak. Pramuki (via Abd. Halik, 2008) mengungkapkan bahwa sastra anak-anak
adalah karya sastra (prosa, puisi, drama) yang isinya mengenai anak-anak sesuai
kehidupan, kesenangan, sifat-sifat, dan perkembangan anak-anak. Sedangkan
menurut Solehan dkk (via Abd. Halik 2008) membagi perngertian sastra anak-anak
atas dua bagian yakni sebagai berikut:
1.
Sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh
pengarang yang usianya remaja atau dewasa yang isi dan bahasanya mencerminkan
corak kehidupan dan kepribadian anak.
2.
Sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh
pengarang yang usianya masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya
mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
Dengan
demikian, sastra anak-anak dapat
dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinnya sesuai perkembangan
usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja
atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang
berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.
B. Ragam Sastra Anak
Beberapa
alasan perlunya pembicaraan genre, yaitu
1.
Memberikan kesadaran kepada kita bahwa pada
kenyataannya terdapat berbagai genre sastra anak selain cerita atau lagu-lagu
bocah yang telah familiar, telah dikenal, dan diakrabi.
2.
Elemen struktural sastra dalam tiap genre
berbeda.
3.
Memperkaya wawasan terhadap adanya kenyataan
sastra yang bervariasi yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk memilihkan bagi
anak.
Secara
garis besar genre sastra di kelompokkan menjadi 6 macam, yaitu:
1.
Realisme
Realisme dalam
sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu mungkin saja ada dan
terjadi walau tidak harus bahwa ia memang benar-benar ada dan terjadi. Ada
beberapa cerita yang dikategorikan dalam realisme yaitu sebagai berikut.
a.
Cerita realisme biasanya bercerita tentang
masalah-masalah sosial dengan menampilkan tokoh utama protagonis sebagai pelaku
cerita.
b.
Realisme Binatang yaitu cerita binatang yang
bersifat nonfiksi.
c.
Realisme Historis mengisahkan peristiwa yang
terjadi pada masa lampau.
d.
Realisme Olahraga yaitu cerita tentang berbagai
hal yang berkaitan dengan dunia olahraga.
2.
Fiksi Formula
Jenis cerita yang
dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah sebagai berikut.
a.
Cerita misterius dan detektif
b.
Cerita romantic menampilkan kisah yang
simplisistis dan sentimentalis hubungan laki-perempuan, dan itu seolah-olah
merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja.
c.
Novel serial yaitu novel yang diterbitkan secara
terpisah, namun novel-novel itu merupakan satu-kesatuan unit.
3.
Fantasi
Jenis sastra yang
dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini dalah sebagai berikut.
a.
Cerita fantasi yaitu cerita yang menampilkan
tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan baik menyangkut
(hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita.
b.
Fantasi tinggi dimaksudkan sebagai cerita yang
pertama-tama ditandai adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat,
antara kebaikan dan kejahatan.
c.
Fiksi sains
4.
Sastra tradisional
Jenis cerita yang
dikelompokkan ke dalam genre ini adalah sebagai berikut.
a.
Fabel yaitu cerita binatang yang dimaksudkan
sebagai personifikasi karakter manusia.
b.
Dongeng rakyat diceritakan secara lisan dan
turun-temurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang
lebih sama.
c.
Mitos yaitu cerita yang berkaitan dengan
dewa-dewa atau tentang kehidupan supernatural yang lain, juga sering mengandung
sifat pendewaan manusia atau manusia keturunan dewa.
d.
Legenda menampilkan tokoh sebagai hero yang
memiliki kehebatan tertentu dalam berbagai aksinya dan itu sangat mengesankan.
e.
Epos berisi cerita kepahlawanan seorang tokoh
hero yang luar biasa hebat baik dalam kesaktian maupun kisah petualangannya.
5.
Puisi
Genre puisi anak
dapat berwujud sebagai berikut.
a.
Puisi-puisi lirik yaitu puisi yang berupa
tembang-tembang anak tradisional dan tembang-tembang ninabobo.
b.
Puisi naratif yaitu puisi yang didalamnya
mengandung cerita atau cerita yang dikisahkan dengan cara puisi.
c.
Puisi personal yaitu puisi modern yang sengaja
ditulis untuk anak-anak baik oleh penulis dewasa maupun anak-anak itu sendiri.
6.
Nonfiksi
Bacaan nonfiksi
dapat dikelompokkan ke dalam subgenre buku informasi dan biografi.
C. Ideologi dan Sastra Anak
Pada
hakikatnya tujuan dari karya sastra anak adalah memberikan informasi kepada
anak. Informasi dalam sastra anak terkait dengan ideologi yang akan disampaikan
oleh penulis. Selain memberikan informasi, sastra anak juga bersifat untuk
memberikan hiburan dan manfaat kepada anak. Sastra anak pada dasarnya ingin
menyajikan bacaan yang bermanfaat pada anak. Untuk mewujudkan tujuan tersebut
maka ada ideologi yang akan disampaikan penulis. Ideologi-ideologi dari penulis
bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai (value) dalam kehidupan penyampaian
ideologi untuk anak membutuhkan cara tersendiri karena sastra anak adalah
bacaan untuk anak-anak sehingga membutuhkan perhatian yang khusus.
Cara
untuk menyampaikan ideologi kepada anak harus diperhatikan oleh penulis. Hal
itu disebabkan oleh sifat ideologi itu tidak dapat disampaikan secara
terpisah-pisah. Selain itu, harus diingatkan pula bahwa karya itu harus
mengandung ideologi secara utuh. Untuk itu ideologi harus menyatu dalam pemilihan
kata-kata, susunan kalimat, narasi, plot, penokohan, pengakhiran cerita, dan
solusi cerita. Untuk lebih jelasnya bahwa ideologi sastra anak menyatu dengan
unsur intrinsik sastra, yaitu sebagai berikut.
1.
Pemilihan kata-kata (diksi)
Sastra anak adalah bacaan
untuk anak-anak, jadi untuk memasukkan ideologi dalam sastra anak anak harus
menggunakan bahasa anak. Untuk mempermudah agar anak mengerti pesan/maksud dari
cerita anak, maka harus memilih kata-kata yang tepat. Pemilihan kata dalam
sastra anak cenderung sederhana dan
sering didengar/dijumpai anak, sehingga anak tidak akan kesusahan. Hal itu
disebabkan oleh jumlah ketrbatasan kosa kata yang dimiliki anak. Contoh:
dongeng anak untuk anak TK bertujuan untuk menanamkan nilai kedisiplinan, maka
judulnya lebih baiknya sederhana. Misalnya “bangun pagi”, kata bangun pagi
adalah kata yang sudah biasa mereka dengar. Dari pertanyaan jam berapa kalian
bangun pagi?, selain itu anak akan mudah berasosiasi maksud dari bacaan yang
akan mereka baca.
2.
Susunan kalimat
Ide pokok dalam bacaan
terdapat dalam rangkaian kalimat. Kalimat sendiri terdiri dari dari deretan
kata. Dengan demikian penulis harus menyusun kalimat yang cenderung
pendek-pendekdan mudah dipahami jika dikaitkan dengan kalimat-kalimat lain. Hal
itu perlu diingat bahwa ideologi merupakan suatu kesatuan utuh yang tertuang
dalam keterpautan kalimat. Selain itu perlu mengingat bahwa kemampuan anak
dalam mencerna kalimat, karena kalimat yang panjang cenderung membingungkan
untuk dipahami si anak. Hal itu disebabkan oleh kemampuan memahami makna
kalimatadalah tahapan tinggi dalam
kegiatan membaca. Contoh: ini
menggambarkan suasana pegunungan, maka dengan kata-kata yang mudah dipahami
oleh anak.
3.
Narasi
Narasi yaitu gaya
penceritaan. Narasi pada cerita anak sebaiknya alurnya jangan terlalu panjang,
lebih baik pendek. Karena kita tahu anak tidak menyukai baca-bacaan yang
panjang. Selain itu harus jelas urutan waktunya jangan bersifat flashback
karena anak pemikirannya masih linier.
4.
Plot
Alur cerita pada bacaan anak
sebaiknya beralur progresif, karena kita tahu bahwa anak masih suka berpikir
linear. Berpikir linear adalah berpikir dengan pusat pada satu fokus. Untuk itu
penulis akan lebih mudah memasukkan ideologi dengan satu arah melalui plot
cerita.
5.
Penokohan
Penokohan merupakan sarana
yang paling mudah untuk memasukan sebuah ideologi ke dalam cerita karena
melalui tokoh-tokoh inilah nilai nantinya akan dibawa untuk kemudian sampai
kepada si anak. Dengan memanfaatkan karakter tokoh yang menarik dan sederhana akan menjadi daya tarik si anak. Selain itu
dalam penokohan harus memanfaatkan plot cerita dengan rangkaian peristiwa
sederhana, sehingga akan terbentuk dalam kesatuan narasi cerita.
6.
Pengakhiran cerita
Ideologi dalam cerita anak
biasanya akan terlihat pada akhir cerita. Pengakhiran cerita ada yang berbentuk
langsung, ada yang tidak langsung. Langsung atau tidak langsung pengakhiran
cerita terkait dengan kesimpulan cerita. Padahal kita tahu, kesimpulan berkait
dengan ideologi yang ingin disampaikan penulis. Ideologi tersebut dapat
tertangkap dari makna/pesan dalam kesimpilan cerita.
7.
Solusi cerita
Sebenarnya solusi cerita
hampir sama dengan pengakhiran cerita. Pengakhiran cerita lebih menekankan pada
kesimpulan cerita, sedangkan solusi cerita berkompeten pada nasihat-nasihat
untuk menanggapi kesimpulan cerita. Padahal kita tahu nasihat cerita adalah nilai (value) kehidupan yang
disampaikan oleh penulis secara tidak langsung. Sehingga ideologi pengarang
tidak akan lepas dari suatu bacaan anak.
Cara kerja terbaik sebuah
ideologi dalam sastra anak tentu tidak terlepas pada tahap perkembangan anak. Tiga cara kerja ideologi dalam sastra
pada dasarnya posisi yang sama atau sejajar. Yang membedakan hanyalah
karakteristiknya saja sehingga ketika kita bicara ideologi dalam karya sastra
anak maka tidak bisa kita lepaskan dengan karya sastra yang disajikan untuk
tahap perkembangan anak level apa.
Ideologi pasif dan bawah sadar memang dianggap sebagai
ideologi yang memiliki potensi yang membahayakan akan tetapi ideologi ini akan
membantu anak lebih eksploratif dan mampu mengembangkan kognisi secara
proksimal. Ketika level anak sudah 6 tahun ke atas maka ideologi aktif akan
tampak seperti sebuah pencekokan pada anak, dikte dan sebuah cara mengganjal
anak dengan hal-hal yang pada dasarnya telah dapat dicerna anak dengan cara
menyimpulkan. Ideologi yang aktif
(sengaja diberikan secara konkret) dibutuhkan oleh anak ketika dia pada fase imitasi
dan selebihnya ideologi pasif akan lebih baik untuk diterapkan.
Anak adalah sebuah keajaiban
dalam dunia ini. Dia bukan manusia inferior apalagi boneka orang dewasa. Yang
dianggap lucu dan ketika kekritisannya muncul dia akan dianggap sebagai manusia
bodoh yang suka mengada-ada. Baik tidaknya sebuah kerja ideologi dalam karya
juga bergantung pada bagaimana orang dewasa mau berperan dalam pembentukan
sikap anak lewat sastra. Satu hal yang penting adalah bagaimana interaksi
sosial antara orang dewasa dengan anak sehingga anak terbantu untuk
memunculkan dan memaksimalkan
perkembangan dalam zona perkembangan proksimal melalui sastra dan secara tidak
langsung melalui ideologinya yang terkandung di dalamnya.
Sumber: Bahan Ajar Mata kuliah B.Indonesia 2 (Sastra Indonesia) Dr.Sunarti, M.Pd. dan Deri Anggraini, M.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar