Sabtu, 28 Desember 2013

PENGERTIAN DAN RAGAM SASTRA ANAK



  A.  Pengertian Sastra Anak

Sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat memperkaya pengalaman rohani bagi kalangan anak-anak. Pramuki (via Abd. Halik, 2008) mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa, puisi, drama) yang isinya mengenai anak-anak sesuai kehidupan, kesenangan, sifat-sifat, dan perkembangan anak-anak. Sedangkan menurut Solehan dkk (via Abd. Halik 2008) membagi perngertian sastra anak-anak atas dua bagian yakni sebagai berikut:
1.       Sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya remaja atau dewasa yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
2.       Sastra anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak kehidupan dan kepribadian anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak  dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinnya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.

 B.  Ragam Sastra Anak
                Beberapa alasan perlunya pembicaraan genre, yaitu
1.       Memberikan kesadaran kepada kita bahwa pada kenyataannya terdapat berbagai genre sastra anak selain cerita atau lagu-lagu bocah yang telah familiar, telah dikenal, dan diakrabi.
2.       Elemen struktural sastra dalam tiap genre berbeda.
3.       Memperkaya wawasan terhadap adanya kenyataan sastra yang bervariasi yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk memilihkan bagi anak.
                                Secara garis besar genre sastra di kelompokkan menjadi 6 macam, yaitu:
1.       Realisme
                Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang dikisahkan itu mungkin saja ada dan terjadi walau tidak harus bahwa ia memang benar-benar ada dan terjadi. Ada beberapa cerita yang dikategorikan dalam realisme yaitu sebagai berikut.
a.       Cerita realisme biasanya bercerita tentang masalah-masalah sosial dengan menampilkan tokoh utama protagonis sebagai pelaku cerita.
b.      Realisme Binatang yaitu cerita binatang yang bersifat nonfiksi.
c.       Realisme Historis mengisahkan peristiwa yang terjadi pada masa lampau.
d.      Realisme Olahraga yaitu cerita tentang berbagai hal yang berkaitan dengan dunia olahraga.
2.       Fiksi Formula
                Jenis cerita yang dapat dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah sebagai berikut.
a.       Cerita misterius dan detektif
b.      Cerita romantic menampilkan kisah yang simplisistis dan sentimentalis hubungan laki-perempuan, dan itu seolah-olah merupakan satu-satunya fokus dalam kehidupan remaja.
c.       Novel serial yaitu novel yang diterbitkan secara terpisah, namun novel-novel itu merupakan satu-kesatuan unit.
3.       Fantasi
                Jenis sastra yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini dalah sebagai berikut.
a.       Cerita fantasi yaitu cerita yang menampilkan tokoh, alur, atau tema yang derajat kebenarannya diragukan baik menyangkut (hampir) seluruh maupun hanya sebagian cerita.
b.      Fantasi tinggi dimaksudkan sebagai cerita yang pertama-tama ditandai adanya fokus konflik antara yang baik dan yang jahat, antara kebaikan dan kejahatan.
c.       Fiksi sains
4.       Sastra tradisional
                Jenis cerita yang dikelompokkan ke dalam genre ini adalah sebagai berikut.
a.       Fabel yaitu cerita binatang yang dimaksudkan sebagai personifikasi karakter manusia.
b.      Dongeng rakyat diceritakan secara lisan dan turun-temurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama.
c.       Mitos yaitu cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supernatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan manusia atau manusia keturunan dewa.
d.      Legenda menampilkan tokoh sebagai hero yang memiliki kehebatan tertentu dalam berbagai aksinya dan itu sangat mengesankan.
e.      Epos berisi cerita kepahlawanan seorang tokoh hero yang luar biasa hebat baik dalam kesaktian maupun kisah petualangannya.
5.       Puisi
                Genre puisi anak dapat berwujud sebagai berikut.
a.       Puisi-puisi lirik yaitu puisi yang berupa tembang-tembang anak tradisional dan tembang-tembang ninabobo.
b.      Puisi naratif yaitu puisi yang didalamnya mengandung cerita atau cerita yang dikisahkan dengan cara puisi.
c.       Puisi personal yaitu puisi modern yang sengaja ditulis untuk anak-anak baik oleh penulis dewasa maupun anak-anak itu sendiri.
6.       Nonfiksi
                Bacaan nonfiksi dapat dikelompokkan ke dalam subgenre buku informasi dan biografi.
   C. Ideologi dan Sastra Anak
                Pada hakikatnya tujuan dari karya sastra anak adalah memberikan informasi kepada anak. Informasi dalam sastra anak terkait dengan ideologi yang akan disampaikan oleh penulis. Selain memberikan informasi, sastra anak juga bersifat untuk memberikan hiburan dan manfaat kepada anak. Sastra anak pada dasarnya ingin menyajikan bacaan yang bermanfaat pada anak. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka ada ideologi yang akan disampaikan penulis. Ideologi-ideologi dari penulis bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai (value) dalam kehidupan penyampaian ideologi untuk anak membutuhkan cara tersendiri karena sastra anak adalah bacaan untuk anak-anak sehingga membutuhkan perhatian yang khusus.
                Cara untuk menyampaikan ideologi kepada anak harus diperhatikan oleh penulis. Hal itu disebabkan oleh sifat ideologi itu tidak dapat disampaikan secara terpisah-pisah. Selain itu, harus diingatkan pula bahwa karya itu harus mengandung ideologi secara utuh. Untuk itu ideologi harus menyatu dalam pemilihan kata-kata, susunan kalimat, narasi, plot, penokohan, pengakhiran cerita, dan solusi cerita. Untuk lebih jelasnya bahwa ideologi sastra anak menyatu dengan unsur intrinsik sastra, yaitu sebagai berikut.
1.       Pemilihan kata-kata (diksi)
        Sastra anak adalah bacaan untuk anak-anak, jadi untuk memasukkan ideologi dalam sastra anak anak harus menggunakan bahasa anak. Untuk mempermudah agar anak mengerti pesan/maksud dari cerita anak, maka harus memilih kata-kata yang tepat. Pemilihan kata dalam sastra anak cenderung  sederhana dan sering didengar/dijumpai anak, sehingga anak tidak akan kesusahan. Hal itu disebabkan oleh jumlah ketrbatasan kosa kata yang dimiliki anak. Contoh: dongeng anak untuk anak TK bertujuan untuk menanamkan nilai kedisiplinan, maka judulnya lebih baiknya sederhana. Misalnya “bangun pagi”, kata bangun pagi adalah kata yang sudah biasa mereka dengar. Dari pertanyaan jam berapa kalian bangun pagi?, selain itu anak akan mudah berasosiasi maksud dari bacaan yang akan mereka baca.
2.       Susunan kalimat
        Ide pokok dalam bacaan terdapat dalam rangkaian kalimat. Kalimat sendiri terdiri dari dari deretan kata. Dengan demikian penulis harus menyusun kalimat yang cenderung pendek-pendekdan mudah dipahami jika dikaitkan dengan kalimat-kalimat lain. Hal itu perlu diingat bahwa ideologi merupakan suatu kesatuan utuh yang tertuang dalam keterpautan kalimat. Selain itu perlu mengingat bahwa kemampuan anak dalam mencerna kalimat, karena kalimat yang panjang cenderung membingungkan untuk dipahami si anak. Hal itu disebabkan oleh kemampuan memahami makna kalimatadalah tahapan  tinggi dalam kegiatan membaca.  Contoh: ini menggambarkan suasana pegunungan, maka dengan kata-kata yang mudah dipahami oleh anak.
3.       Narasi
        Narasi yaitu gaya penceritaan. Narasi pada cerita anak sebaiknya alurnya jangan terlalu panjang, lebih baik pendek. Karena kita tahu anak tidak menyukai baca-bacaan yang panjang. Selain itu harus jelas urutan waktunya jangan bersifat flashback karena anak pemikirannya masih linier.
4.       Plot
        Alur cerita pada bacaan anak sebaiknya beralur progresif, karena kita tahu bahwa anak masih suka berpikir linear. Berpikir linear adalah berpikir dengan pusat pada satu fokus. Untuk itu penulis akan lebih mudah memasukkan ideologi dengan satu arah melalui plot cerita.
5.       Penokohan
        Penokohan merupakan sarana yang paling mudah untuk memasukan sebuah ideologi ke dalam cerita karena melalui tokoh-tokoh inilah nilai nantinya akan dibawa untuk kemudian sampai kepada si anak. Dengan memanfaatkan karakter tokoh yang menarik dan sederhana  akan menjadi daya tarik si anak. Selain itu dalam penokohan harus memanfaatkan plot cerita dengan rangkaian peristiwa sederhana, sehingga akan terbentuk dalam kesatuan narasi cerita.
6.       Pengakhiran cerita
        Ideologi dalam cerita anak biasanya akan terlihat pada akhir cerita. Pengakhiran cerita ada yang berbentuk langsung, ada yang tidak langsung. Langsung atau tidak langsung pengakhiran cerita terkait dengan kesimpulan cerita. Padahal kita tahu, kesimpulan berkait dengan ideologi yang ingin disampaikan penulis. Ideologi tersebut dapat tertangkap dari makna/pesan dalam kesimpilan cerita.
7.       Solusi cerita
        Sebenarnya solusi cerita hampir sama dengan pengakhiran cerita. Pengakhiran cerita lebih menekankan pada kesimpulan cerita, sedangkan solusi cerita berkompeten pada nasihat-nasihat untuk menanggapi kesimpulan cerita. Padahal kita tahu nasihat cerita  adalah nilai (value) kehidupan yang disampaikan oleh penulis secara tidak langsung. Sehingga ideologi pengarang tidak akan lepas dari suatu bacaan anak.
        Cara kerja terbaik sebuah ideologi dalam sastra anak tentu tidak terlepas pada tahap perkembangan  anak. Tiga cara kerja ideologi dalam sastra pada dasarnya posisi yang sama atau sejajar. Yang membedakan hanyalah karakteristiknya saja sehingga ketika kita bicara ideologi dalam karya sastra anak maka tidak bisa kita lepaskan dengan karya sastra yang disajikan untuk tahap perkembangan anak level apa.
        Ideologi  pasif dan bawah sadar memang dianggap sebagai ideologi yang memiliki potensi yang membahayakan akan tetapi ideologi ini akan membantu anak lebih eksploratif dan mampu mengembangkan kognisi secara proksimal. Ketika level anak sudah 6 tahun ke atas maka ideologi aktif akan tampak seperti sebuah pencekokan pada anak, dikte dan sebuah cara mengganjal anak dengan hal-hal yang pada dasarnya telah dapat dicerna anak dengan cara menyimpulkan. Ideologi  yang aktif (sengaja diberikan secara konkret) dibutuhkan oleh anak ketika dia pada fase imitasi dan selebihnya ideologi pasif akan lebih baik untuk diterapkan.
        Anak adalah sebuah keajaiban dalam dunia ini. Dia bukan manusia inferior apalagi boneka orang dewasa. Yang dianggap lucu dan ketika kekritisannya muncul dia akan dianggap sebagai manusia bodoh yang suka mengada-ada. Baik tidaknya sebuah kerja ideologi dalam karya juga bergantung pada bagaimana orang dewasa mau berperan dalam pembentukan sikap anak lewat sastra. Satu hal yang penting adalah bagaimana interaksi sosial antara orang dewasa dengan anak sehingga anak terbantu untuk memunculkan  dan memaksimalkan perkembangan dalam zona perkembangan proksimal melalui sastra dan secara tidak langsung melalui ideologinya yang terkandung di dalamnya.

 Sumber: Bahan Ajar Mata kuliah B.Indonesia 2 (Sastra Indonesia) Dr.Sunarti, M.Pd. dan Deri Anggraini, M.Pd.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar